Selasa, 08 Januari 2013

Pelestarian permainan tradisional


Di Jaman  yang modern seiring dengan berkembang IPTEK yang semakin canggih memepengaruhi semua perkembangan baik itu budaya maupun kebiasaan seseorang. Salah satunya permainan  tradisional yang dulu di gemari mulai terpinggirkan dengan munculnya permainan modern. Anak –anak jaman sekarang cenderung menyukai permainan yang dimainkan secara individu seperti playstation, gameboy, nintendo maupun permainan di handphone. Kondisi ini tentunya berbeda sewaktu saya masih kecil dulu. Berbagai permainan tradisional seperti petak umpet, bentengan, congklak, lompat tali, layang-layangi, pistol-pistolan dari pelepah daun paisang. Namun seiring berkembangnya jaman permainan tersebut  telah hilang eksistensinya dikalangan anak-anak  Saat ini, anak-anak lebih merasa betah duduk berjam-jam di depan perangkat elektronik bernama playstation lengkap dengan beragam menu permainan beraroma kekerasan. Mereka pun tak perlu lagi bersosialisasi dengan rekan-rekan sebaya lantaran semua permainan ''mesin'' itu bisa dilakoni seorang diri. Tanpa disengaja, ragam permainan berbasis teknologi canggih itu pun menggiring anak-anak Bali menjadi pribadi yang individualis, agresif dan egois. Drs. Made Taro dan Prof. Dr. I Gusti Made Sutjaja, M.A. (Merit). Kedua tokoh Bali penerima anugerah ''K. Nadha Nugraha 2008'' ini memang memiliki atensi tinggi terhadap upaya-upaya pelestarian permainan rakyat. Pasalnya, di dalam permainan rakyat itu terkandung banyak sekali nilai-nilai luhur kemanusiaan yang dinyakini mampu menghaluskan budi pekerti anak-anak Bali. Pelestarian permainan tradisional sangatlah baik dan bernilai positif karena didukung oleh beberapa alasan diantaranya, Mengasah daya kreativitas, Dapat mengasah kecerdasan intelektual anak, Belajar jujur dan disiplin,  Menyatu dengan alam.
Sejak dulu kala permainan tradisional telah membuat anak Indonesia menjadi kreatif. Kreativitas tersebut terbentuk mulai dari membuat alat permainan hingga ketika bermain. Misal ketika akan bermain pistol-pistolan, maka terlebih dahulu membuat alat permainan pistol-pistolan dari pelepah pisang. Tentu kegiatan ini dapat memacu daya kreativitas anak. Taro menambahkan, Ketika bermain pun demikian. Aturan main dalam permainan pistol-pistolan tidak mempunyai aturan yang baku. Biasanya aturan tersebut merupakan aturan umum yang digunakan kemudian ditambah dengan sejumlah kesepakatan-kesepakatan antar pemain. Beberapa permainan tradisional seperti congkak dapat melatih anak untuk berhitung dan mengatur stategi agar dapat memperoleh poin lebih banyak. Selain itu pula dengan bermain bersama maka akan mengasah emosinya sehingga dapat menciptakan rasa toleransi terhadap teman yang lain.. Jika salah satu pemain curang maka pemain yang lain akan menjatuhkan sangsi sosial berupa tidak diikutkannya pemain curang tersebut mengikuti permainan selanjutnya. Menurut Kariyasa Adnyana, Dalam permainan rakyat, anak-anak juga dididik untuk bersikap jujur dan sportif karena permainan rakyat seringkali berakhir dengan predikat kalah dan menang.Dengan digunakannya bahan-bahan alami seperti pelepah pisang, kulit jeruk bali, pasir, dan batu akan mendidik anak balita untuk mengenal alam secara lebih dekat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar